Rabu, 18 April 2012

ILMU KALAM

LATAR BELAKANG ALIRAN ASY’ARIYAH
Nama lengkap Al-asy’ari adalah Abu Al-hasan Ali bin Ismail bin Ishak bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari. Menurut beberapa riwayat, Al-asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H / 875 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat disana pada tahun 324 H / 935 M.
Menurut ibnu Asakir, ayah Al-asy’ari adalah seorang yang berpaham Ahlussunah dan Ahli Hadist. Ia wafat ketika Al-asy’ari masih kecil. Sebelum wafat ia berwasiat kepada seorang sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-saji agar mendidik Al-asy’ari. Ibu Al-asy’ari sepeninggal ayahnya menikah lagi dengan seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu Ali Al-jubai (w.303H).
Berkat didikan ayah tirinya itu, Al-asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Ia seiring menggantikan Al-jubba’i dalam perdebatan menentang lawan-lawan Mu’tazilah. Selain itu, banyak menulis buku yang membela alirannya.
Al-asy’ari menganut paham Mu’tazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun. Setelah itu, secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid Bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya[1] dan berpidato, “Wahai manusia! Barang siapa di antara kamu yang kenal pada saya saya akan memperkenalkan diri saya bahwa saya ini adalah Abu Al-hasan Al-asy’ari, yang beberapa waktu meyakini bahwa Al-qur’an itu mahluk dan baru, dan bahwa Allah itu tidak dapat dilihat dengan mata dan bahwa perbuatan jahat itu saya sendirilah yang mengerjakan, bukan dengan qadha dan qadar, saya sudah tobat dan saya sekarang menentang paham Mu’tazilah tentang kesalahan pendirinya. Wahai manusia yang hadir! Ketahuilah bahwa saya ini menghilang beberapa lama dari pergaulan, karena saya betul-betul sedang mempelajari pertentangan dan alasan-alasan dari golongan besar ini. Sekarang Tuhan telah memberi petunjuk pada saya. Saya teguh dalam pendirian saya dan kutulis semua dalam buku ini (sambil ia memperlihatkan kepada umum sebuah risalah yang terdiri dari pendirian-pendiriannya). Saya sudah membuang paham Mu’tazilah itu, sebagaimana saya membuka baju saya ini sekarang dan melemparkan ke tengah-tengahmu”.[2]
Menurut Ibnu Asakir yang melatarbelakangi Al-asy’ari meninggalkan paham Mu’tazilah adalah pengakuan Al-asy’ari telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw sebanyak tiga kali, yaitu pada malam ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga mimpinya itu, Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham Mu’tazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan dari beliau.[3]
Hal lain yang melatarbelakangi Al-asy’ari meniggalkan paham Mu’tazilah adalah karena dia merasa meskipun ia sangat menguasai paham Mu’tazilah, keraguan selalu muncul dalam dirinya tentang Mu’tazilah tersebut dan ia merasa tidak puas setelah merenung selama sekitar 15 hari, akhirnya ia memutuskan keluar dari Mu’tazilah. Peristiwa itu terjadi ketika ia berusia sekitar 40 tahun menjelang akhir hayat Al-jubba’i.[4]



PAHAM ASY’ARIYAH

1.      Corak Pemikiran Asy’ariyah
Asy’ari adalah orang yang pernah menganut paham Mu’tazilah, tidak menjauhkan diri dari pemakaian akal pikiran dan argumentasi fikiran. Ia menentang dengan kerasnya mereka yang mengatakan bahwa pemakaian akal fikiran dalam masalah agama atau membahas tentang yang tidak pernah disinggung Rasul adalah salah. Selain itu juga ia mengingkari orang-orang yang berlebih-lebihan menghargai akal fikiran, yaitu golongan Mu’tazilah.
Karena golongan ini tidak mengakui 3 sifat Tuhan, maka dikatakan telah sesat sebab mereka telah menjauhkan Tuhan dari sifat-sifat-Nya dan meletakkannya dalam bentuk yang tidak dapat diterima akal. Selain itu juga mereka mengingkari kemungkinan terlihatnya Tuhan dengan mata kepala sendiri. Apabila pendapat ini dibenarkan, maka akan berakibat tidak mengakui hadist-hadist Nabi.

2.      Perkembangan Aliran Asy’ariyah
Aliran asy’ariyah lebih cenderung kepada segi akal fikiran semata-mata dan memberikannya tempat yang lebih luas dari pada nash-nash itu sendiri. Mereka sudah berani mengeluarkan keputusan bahwa “Akal menjadi dasar Naqal (Nash)”. Karena dengan akallah kita menetapkan adanya Tuhan pencipta alam dan yang Maha Kuasa. Pembatalan akal fikiran dengan Naqal (Nash) berarti pembatalan dasar (pokok) dengan cabangnya yang berakibat pula pembatalan pokok dan cabangnya sama sekali. Karena adanya sikap tersebut, maka Ahlussunnah tidak dapat menerima golongan Asy’ariyah. Bahkan memusuhinya karena dianggap sudah termasuk aliran sesat (bid’ah)[5].

3.      Pokok Pemikiran Asy’ariyah
·         Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz. Sifat-sifat Allah itu berbeda dengan Dzat-Nya, tetapi tidak terpisah.
·         Tentang melihat Allah, Asy’ariyah berpendirian bahwa Allah dapat dilihat dengan mata kepala sendiri  ketika di akhirat kelak. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam Al-qur’an surat Al-Qiyamah ayat 22-23 yang artinya, “Wajah-wajah (orang mu’min) pada hari itu berseri-seri melihat wajah Tuhannya.”
·         Tentang syafa’at, shirat, mizan dan haudhi, Asy’ariyah berpendirian semuanya itu benar-benar ada di akhirat.
·         Mengenai ayat-ayat mutasyabihat, dalam mengartikannya tidak boleh dengan arti lahir ayat saja, tetapi harus melalui takwil dan yang boleh menakwil hanyalah para alim ulama’ yang ahli dan ilmunya sudah lebih dalam dari orang biasa pada bidang Al-qur’an. Ini didasarkan pada (Q.S.Ali Imran ayat 6).[6]

Mazhab Asy’ariyah bertumpu pada Al-qur’an dan sunnah. Mereka amat teguh memegangi Al-ma’sur. Al- Asy’ari mengatakan: “Pendapat yang kami ketengahkan dan aqidah yang kami pegangi adalah sikap berpegang teguh pada kitab Allah, sunnah Nabi SAW dan apa yang di riwayatkan dari sahabat, Tabi’in dan imam-imam hadist. Kami mendukung semua itu dan menjauhi orang-orang yang menyalahi pendapatnya maupun inquisisi bahwa Al-Quran adalah makhluk.”[7]

Al-quran berlainan pendapat dengan Mu’tazillah. Bagi Asy’ari tidaklah diciptakan sebab kalau ia diciptakan, maka sesuai dengan ayat:
Artinya: Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.( Surat An-Nahl ayat 40). Untuk penciptaan itu perlu kata kun dan untuk terciptanya kun ini perlu pula kata kun yang lain, begitulah seterusnya sehingga terdapat ratusan kata-kata kun yang tak berkesudahan dan ini tak mungkin. Oleh karena itu, Al-qur’an tak mungkin diciptakan.[8]

CIRI-CIRI PENGANUT ALIRAN ASY’ARIYAH
Ciri-ciri orang yang menganut aliran Asy’ariyah adalah sebagai berikut:
·         Mereka berpikir sesuai dengan undang-undang alam dan mereka juga mempelajari ajaran itu.
·         Iman adalah membenarkan dengan hati, amal perbuatan adalah kewajiban untuk berbaut baik dan terbaik bagi manusia. dan mereka tidak mengkafirkan orang yang berdosa besar.
·         Kehadiran Tuhan dalam konsep Asy’ariyah terletak pada kehendak mutlak-Nya.[9]








TOKOH-TOKOH ALIRAN ASY’ARIYAH
Jikalau Al-asy’ari merupakan pemuka yang pertama membentuk aliran yang kemudian memakai namanya, maka pemuka-pemuka yang memperkembangkan aliran ini adalah tokoh-tokoh besar yang mempunyai andil dalam menyebarluaskan dan memperkuat mazhab ini. Diantara pengikut yang terpenting adalah:

1.      Muhammad Iba Al-tayyib ibn Muhammad Abu Bakar Al- baqillani (403 H)

Abu Bakar Al-baqillani adalah pengganti pertama dari Asy’ari, lahirnya beberapa tahun setelah Asy’ari dan wafat di Baghdad tahun 1013 M. Al-baqillani tidak begitu saja menerima ajaran-ajaran Asy’ari. Dalam beberapa hal dia tidak sepaham dengan Asy’ari.

Apa yang disebut sifat Allah umpamanya bagi Al-baqillani bukanlah sifat tetapi hal yang sesuai dengan pendapat Abu Hasyim dari Mu’tazillah. Sungguh pun ia pada mulanya mempunyai pendapat yang sebaliknya. Dia juga sepaham dengan pendapatnya Asy’ari mengenai paham perbuatan manusia. Kalau bagi Asy’ari perbuatan Allah diciptakan oleh Allah SAW. Menurut Baqillani sendiri, manusia mempunyai sumbangan yang efektif dalam perwujudan perbuatannya.

Yang di maksud Tuhan adalah gerak yang terdapat dalam diri manusia. Adapun bentuk atau sifat dari gerak itu dihasilkan oleh manusia sendiri. Dengan kata lain gerak dalam diri manusia mengambil berbagai bentuk, duduk, berdiri, berbaring, berjalan, dan sebagainya. Gerak sebagai Genus (jenis) adalah ciptaan Tuhan, tetapi duduk, berdiri dan sebagainya yang merupakan spectes (new). Dari gerak adalah perbuatan manusia dan Allah lah yang menciptakan itu, bagi Asy’ari daya manusia dalam kasb tidak mempunyai efek, bagi Al-baqillani daya itu mempunyai efek.

2.      Imam Al-Haramain (478 H)

‘Abd Al-malilo Al-juwaini yang terkenal dengan nama Imam Al-haramain, ia lahir di Kurasan tahun 419 H dan wafat pada tahun 478 H. Sama dengan Al-baqillani, Al-juwaini juga tidak selamanya setuju dengan ajaran-ajaran Asy’ari. Mengenai anthropomurphisme ia berpendapat bahwa tangan Tuhan harus diartikan (ta’wil) kekuasaan Tuhan. Mata Tuhan diartikan penglihatan Tuhan dan wajah Tuhan diartikan wujud Tuhan. Dan keadaan duduk di atas tahta kerajaan diartikan Tuhan berkuasa dan Maha Tinggi.
Mengenai perbuatan manusia, Al-juwaini berbeda pendapat dengan Al-baqillani. Daya yang ada pada manusia dalam pendapat Al-juwaini juga mempunyai efek. Tetapi efeknya serupa dengan efek yang terdapat antara sebab dan musahab. Wujud tergantung pada daya yang ada pada manusia. Dengan demikian Al-juwaini berada jauh dari paham Al-asy’ari dan lebih dekat dengan paham Mu’tazillah tentang causahty.


3.      Abu Hamid Al-Ghazali (505 H)
Al-ghazali adalah tokoh Islam yang beraliran Ahli Sunnah wal Jama’ah. Paham teologi yang dimajukan boleh dikatakan tidak berbeda dengan paham-paham Asy’ari. Al-ghazali mengakui bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan zat Tuhan. Juga Al-qur’an dalam pendapatnya bersifat qadim dan tidak diciptakan. Mengenai perbuatan manusia ia juga berpendapat bahwa Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan dan daya itu terdapat pada diri manusia. Al-ghazali mempunyai paham yang sama dengan Asy’ari tentang beautific vision yaitu Tuhan bisa dilihat karena tiap-tiap yang mempunyai wujud dapat dilihat.
Penolakan terhadap paham keadilan yang ditimbulkan kaum Mu’tazillah. Tuhan tidak berkewajiban menjaga kemaslahatan manusia. Tuhan berkuasa mutlak dan tidak akan bertentangan dengan sifat-sifat ketuhanan-Nya. Menurut Al-ghazali, Allah adalah satu-satunya sebab bagi alam. Ia ciptakan dengan kehendak dan kekuasaannya, karena kehendak Allah adalah sebab bagi segala yang ada, sedangkan ilmunya meliputi segala sesuatu. Atas pengaruh Al-ghazali, ajaran Al-asy’ari yang serupa inilah yang meluas dikalangan Islam Ahli Sunnah wal Jama’ah.
4.      Al-Syahrastani (548 H= 1153 M)
Al-syahrastani benar-benar menguasai sejarah dan pendapat-pendapat dari berbagai aliran Islam. Itu ia paparkan secara obyektif di dalam bukunya, Al-milal wa Al-nihal (agama dan kepercayaan) yang sudah di kenal para analisis sejak abad yang lampau sebelum mereka menemukan kembali Maqalat Al-islamiyyin karya Al-asy’ari itu. Buku ini mereka jadikan rujukan, bahkan sampai hari ini.
Al-syahrastani tidak hanya memfokuskan diri pada kelompok-kelompok keagamaan, tetapi juga mengkaji para filosof klasik dan modern. Penguasaan filosofinya ternyata amat mendalam dan sempurna. Nampak bahwa Al-syahrastani banyak terpengaruh oleh Ibnu Sina, walaupun ia juga mengkritik dan menentangkan.[10]


[1] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, 2006, Pustaka Setia, hlm.120
[2] Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung, 1998, Pustaka Setia, hlm.176
[3] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, ibid
[4] Muhammad Ahmad, ibid
[5] Ahmad Hanafi, Theology Islam, Jakarta: 1996, PT. Bulan Bintang, hlm.64
[6] Muhammad Rifa’i dan RS.Abdul Azis, Belajar Ilmu Kalam, Semarang: 1998, Wacaksana, hlm.71
[7]Dr.Ibrahim Madkous, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: 1995, Bumi Aksara, hlm.66
[8]Nasution Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: 1972, UI Press, hlm.69

Kamis, 15 Maret 2012

SM*SH: Video

SM*SH: Video: Photos of SM*SH   (Personel, ShootCCC, Interview, Performance, Backstage, Sm*sh)     Senyum Semangat - Bully Song (Recording Sessions & Bloo...

SM*SH: Fakta Cinta Cenat Cenut

SM*SH: Fakta Cinta Cenat Cenut: Cinta Cenat Cenut Sm*sh, Rasa “Meteor Garden” Setelah merambah iklan, kini Sm*sh menjajal dunia akting. Akankah sesukses seperti di dunia ...

SM*SH: #1 : ‘I Dare You’ (Tantangan)

SM*SH: #1 : ‘I Dare You’ (Tantangan): Bisma : Gimana kalo lo aja Raf yang pacarin dia?! Kalo lo yang pacarin dia kan, seluruh In-do-ne-sia bakal heboh tuh… Hits man! I dare you ...

SM*SH: #2 : ‘The Savior’ (Penyelamat Hati)

SM*SH: #2 : ‘The Savior’ (Penyelamat Hati): Morgan & Putri : "Segala sesuatu yang ada padanya telah tampak sangat tua kecuali matanya." Putri : "Inget lo semua! Suatu hari nanti, ke...

SM*SH: #3 : ‘The Liar’ (Pembohong)

SM*SH: #3 : ‘The Liar’ (Pembohong): SINOPSIS: Rafael kesal pada Putri yang sudah menyita waktu Morgan sehingga Morgan seolah melupakan SMASH. Rafael lalu tak sengaja menyaki...

SM*SH: #4: Secret Admirer (Pengagum Rahasia)

SM*SH: #4: Secret Admirer (Pengagum Rahasia): ​Bisma: Mendingan lo tembak Putri! Daripada lo tahan tahan, Cinta lo jadi Cenat Cenut… ___________________________________________________...